Cina (kata)

支那
Nama Tionghoa
Hanzi: 支那
Alih aksara
Mandarin
- Hanyu Pinyin: zhīnà
- Bopomofo: ㄓ ㄋㄚˋ
Kejia (Hakka)
- Romanisasi: zi1 na4
Min Nan
- Romanisasi POJ: chi-ná
Wu
- Romanisasi: tsy na
Yue (Kantonis)
- Jyutping: zi1 naa5
Nama Jepang
Kanji: 支那
Kana: シナ(zh [片假名]
しな(zh [平假名]
Alih aksara
- Romaji: Sina
Shina
Nama Korea
Hangul: 지나
Hanja: 支那
Alih aksara
- Romanisasi: jina
Nama Vietnam
Quốc ngữ: chi na
Artikel ini memuat Teks Tionghoa. Tanpa bantuan render yang baik, anda mungkin akan melihat tanda tanya, kotak-kotak, atau simbol lainnya bukannya Karakter Tionghoa.

Kata "cina", juga dikenal sebagai "china, shina atau sina", dalam aksara Han ditulis "支那, 至那, 脂那, 摩訶至那國", adalah bersumber dari India yang berasal dari bahasa Sanskerta चीन (cīna) dan bersumber yang sama dengan kata Cīna-sthāna [zh]. Kata ini ditemukan dalam kitab Buddhis terjemahan biarawan pada zaman dulu, yang berarti "negeri yang jauh", " negara ideologi", atau juga "negara Qin" dalam pengucapan bahasa Sanskerta, awalnya merupakan sebutan untuk Dinasti Jin Tiongkok dalam kitab Buddhis zaman dulu. Pada zaman dulu, umat Buddha menyebut India sebagai "Tiongkok", yang berarti "negeri tengah" atau "negeri pusat", dan sebaliknya menyebut negeri Tiongkok dengan nama "Cina" 「支那」,[1] yang tidak mengandung unsur diskriminasi apa pun, justru merupakan sebutan kehormatan.

Istilah ini juga dipakai pada zaman dulu di Tiongkok dan Jepang. Di Jepang terdapat wilayah yang bernama Chugoku, yang secara harfiah berarti "tempat tiongkok". Setelah periode Edo, lebih sering menggunakan "shina" ("cina") untuk menyebut Tiongkok, dengan tujuan untuk menghindari kebingungan. Seiring dengan popularitas Buddhisme, istilah ini menyebar sampai ke Asia Tengah dan Asia Tenggara, dan juga mempengaruhi Eropa Barat.

Kosakata ini masuk ke Jepang pada awal abad ke-9 melalui penyebaran agama Buddha. Setelah periode Edo, "shina" telah menjadi semacam sebutan populer rakyat Jepang yang tidak resmi untuk Tiongkok. Istilah ini setelah Restorasi Meiji, masuk kembali ke Tiongkok, juga digunakan oleh kalangan intelektual Tiongkok.[2]

Kata "cina" menurut pandangan Jepang dan dunia, adalah sebutan lazim wilayah, dikarenakan seringnya perubahan rezim di Tiongkok, penyebutan nama negara menjadi tidak tetap. Menurut pandangan Jepang, "shina" awalnya merupakan istilah yang netral, penyebutan "shina" oleh orang Jepang dengan "china" oleh orang Barat tidaklah berbeda dan tidak bermakna diskriminasi. Pada masa itu, istilah yang secara nyata digunakan orang Jepang untuk mendiskreditkan orang "Shina" adalah "budak Dinasti Qing".

Seiring tren pemikiran "meninggalkan Asia, memasuki Eropa" yang semakin berkembang di Jepang setelah Restorasi Meiji, istilah yang awalnya dipakai dalam Buddhisme, yakni "shina", secara masif mulai menggantikan sebutan yang berhubungan dengan Tiongkok dalam bahasa Jepang. (Pada masa itu, orang Jepang populer menyebut orang "Shina" sebagai orang negara (dinasti) Qing atau "Han Tang Ming", di mana negara (dinasti) tersebut sudah hancur atau akan segera hancur. Agar praktis tidak perlu berganti-ganti sebutan lagi).

Sejak itu, "shina", sebuah kata dalam bahasa Jepang secara bertahap meninggalkan makna penggunaanya dalam Buddhisme, menjadi representasi nama negara tetangga Jepang di Asia Timur. Dalam bahasa Jepang, penulisan kata tersebut dalam Kanji identik dengan penulisan dalam aksara Han, yakni "支那", dengan aksara Kana-nya "しな", Romanisasi-nya ditulis dalam dua jenis: "shina" (Alih aksara Hepburn) atau "sina" (Alih aksara Kunrei-shiki).

Peta Jepang yang menggunakan istilah Shina
Peta Asia pada Perang Dunia II 1943
Peta Shina tahun 1938
Peta Asia tahun 1904 "Atlas Diplomatik Humor Asia dan Eropa"

Setelah berakhirnya Perang Sino-Jepang, Jepang menyebut Republik Tiongkok dengan nama "Republik Shina (Cina)", dan dikarenakan atmosfer permusuhan antara kedua negara, terhadap "Shina" banyak mendapat kritik negatif. "Shina" secara bertahap ditambahkan pencitraan negatif seperti bodoh dan inferior.

"Shina" dalam Republik Tiongkok kemudian dianggap sebagai sebuah istilah diskriminasi ras, merupakan penghinaan terhadap bangsa Tiongkok. Setelah protes oleh pemerintah Republik Tiongkok di bawah kepemimpinan Chiang Kai-shek, pemerintah Jepang telah mengumumkan secara resmi tidak menggunakan lagi kata ini untuk acara resmi.[3] Republik Rakyat Tiongkok saat ini juga memandang kata "cina" sebagai istilah diskriminasi yang bermakna menghina, menyebut Republik Rakyat Tiongkok sebagai "orang Cina", akan dianggap sebagai penghinaan.[4]

Galeri

  • Candu. Kata opium dikaitkan langsung dengan Shina, dan opium sangat diperlukan bagi masyarakat Shina. Tidak satu pun dari keduanya ada di Shina sejak awal .... (Perspektif Asia 1, h. 14)
    Candu. Kata opium dikaitkan langsung dengan Shina, dan opium sangat diperlukan bagi masyarakat Shina. Tidak satu pun dari keduanya ada di Shina sejak awal .... (Perspektif Asia 1, h. 14)
  • Lagu Malam Shina (1938)
    Lagu Malam Shina (1938)
  • Film Malam Shina (1940)
    Film Malam Shina (1940)
  • Grafiti protes di Taiwan (2019)
    Grafiti protes di Taiwan (2019)
  • Grafiti protes di Hong Kong (2021)
    Grafiti protes di Hong Kong (2021)

Referensi

  1. ^ 《翻譯名義集》卷3:「脂那,婆沙二音,一云支那,此云文物國,即讚美此方,是衣冠文物之地也。二云指難,此云邊鄙,即貶挫此方,非中國也。西域記云:摩訶至那,此曰大唐。」
  2. ^ 劉檸 (2013年10月28日). "日本史稱中國為「支那」 ,從何而來?". 紐約時報中文網.  Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
  3. ^ "【麻瓜的語言故事】什麼是「支那」?". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-08-22. Diakses tanggal 2016-07-24. 
  4. ^ 光復上水示威:罵支那人 四眼仔被掌摑